Jangan Ikuti Nakalku, Karena Itu Bukan Masa Depanmu

Di depan meja persegi panjang, yang terlihat di mataku hanyalah Besar atau Kecil. "Ayo pasang, ayo pasang" Jeritan seorang pengocok dadu di meja judi.

Artikel Terkait : Berteman Sepi Menjadikanku Kuat akan Keterpurukan

Jangan Ikuti Nakalku, Karena Itu Bukan Masa Depanmu
Photo By : Nathan Cowley (Pexels.com)


Yah, saya adalah seorang penjudi berat. Saya biasa dipanggil rizki, seorang  laki-laki tak berguna yang mendapatkan sebuah nama beranugerah besar.

Sejak umur 16 tahun, saya telah terpengaruh oleh lingkungan yang membentukku menjadi seorang pecandu judi. Bukan hanya judi, narkoba dan perempuan seakan menjadi sebuah gaya hidup yang tak asing untukku.

Hingga kini saya telah genap berusia 32 tahun, memiliki seorang istri yang soleha, penurut & cantik. Selain itu, hidupku juga lengkap dengan seorang anak laki-laki yang perawakannya mirip denganku.

Mungkin ini adalah kehidupan yang sangat diimpikan banyak orang. Namun entah apa yang merasukiku, hingga menganggap kehidupan seperti ini hanyalah sebuah gambar bulat di atas kertas kosong.

Gambar bulat tersebut menunjukan kalau, hidup ini hanyalah perputaran-perputaran yang tidak ada habisnya. Begitulah gambaran sederhana diotakku mengenai kehidupan ini.

Bukan sekali dua kali, aku kerap berbuat kasar kepada istri. Dan bukan hitungan jari lagi istriku menggugat cerai. Namun nasib baik masih memihakku dengan luluhnya istri atas permintaan orang tua agar tak bercerai.

Hingga suatu ketika, kegelapan menyelimuti otak ini. Dan satu-satunya kebrutalan yang kuperbuat adalah dengan menggadaikan apa saja yang terlihat dan bernilai.

Bahkan emas & harta berharga lainnya milik mertua pun kulenyapkan. Betapa malangnya nasib mereka yang kuhancurkan, demi ambisiku dalam berjudi.

Keributan tak tertahankan, dan hasilnya baik keluargaku dan mertuaku pun memtusukan untuk mengusirku dari rumah.

Hal yang membuat pilu adalah ketika anak laki-lakiku yang mengejarku dari belakang. Langkah kaki terpaksa kuhentikan dan kubisikkan sebuah petuah agar kelak ia menjadi lebih baik.

"Nak, aku bukanlah seorang ayah yang baik. Apapun ceritanya, kamu adalah anakku dan ingatlah satu hal. Jahatku jangan kau tiru! Karena itu Bukan Masa Depanmu" Sambil kuusap kepalanya & Meninggalkan mereka semua.

Posting Komentar

0 Komentar