Cerpen & Motivasi - Pada Zaman Dahulu Hiduplah Sebuah Keluarga Miskin yang Benar Benar Teramat Tertindas oleh Zaman yang Harus Memaksa Mereka Untuk Bertahan Hidup Hanya Melalui Sandang Pangan Dari Alam.
Ubi & Jagung Merupakan Makanan Sehari-hari yang Harus Mereka Terima Tanpa Bisa Mengeluarkan Sebuah Kata "Andaikan aku Bisa Makan Nasi".
Pada Suatu Hari Sang Istri Petani ini Melahirkan Seorang Bayi Kecil Mungil yang Lucu. Di Tengah Kehidupan Orang Tuanya yang Begitu Berliku , Kehadiran Seeorang Malaikat Kecil nan Polos ini Tentu Tidak Sengaja Membuat Kehidupan yang Teramat Kelam Menjadi Terang.
Anak Tersebut Lahir Tepat Pada Hari Jumat yang Secara Primbon Dikhususkan Sebagai Hari yang amat Spesial. Kedua Orang Tua Sepakat Dengan Memberikan Nama :
"MASNO"
Pada Umur 5 Tahun Masno Mulai Merasakan Tetesan Embun Fajar Ditambah Dengan Hangatnya Sinar Mentari Pagi Kala Harus Ikut Orang Tua untuk Berkebun.
Meski Umur nya yang Begitu Muda , Tapi Pelajaran Dari Orang Tua nya Membuat ia Mampu untuk Selalu Bersyukur Atas Segalanya yang Telah ia Jalani.
Ketika ia ikut Ke Ladang Bersama Kedua Orang Tuanya , Tak Sengaja ia Mendengarkan Sebuah Harapan Tulus Dari Orang Tuanya :
"Suatu Saat nanti , aku Sangat ingin Mempunyai Sebuah Petak Sawah untuk Bercocok Tanam , Karena aku ingin Masno Merasakan Sebagaimana Lezatnya Sebutir Nasi yang akan Selalu Memberikan Tenaga untuknya." Cetus sang Ayah.
Mendengar Harapan Sang Ayah Membuat Masno Bingung.
"Apa itu Nasi , Apakah Lebih Baik Daripada UBI yang Selama ini aku makan? " Ungkapnya Dengan Polos.
Hingga Suatu Ketika Seorang Tetangga Sang Petani Akan Menghadapi Ajalnya. Ia Titipkan Sepetak 6 x 6 Meter Tanah untuk Dijadikan Ladang Sawah agar Sang Petani Bisa Melanjutkan Harapannya untuk Bercocok Tanam di Sawah.
Tidak Lupa Dengan Seekor Kerbau yang Telah Dibesarkan Dari Kecil Juga ia Titipkan pada Sang Petani.
Masno yang Melihat Ayahnya Begitu Senang Kala Mendapatkan Kesempatan untuk Membuatkan Semangkuk Nasi untuknya Begitu Terheran-heran.
Tapi itu Tidak Membuat Masno Terlarut Dalam Kebingungannya. Karena ia Mendapat Seorang Sahabat "KERBAU" yang ia beri Nama ONI.
Suatu Hari Ketika ia Mengikuti Ayahnya untuk Membajak Sawah , Ia Melihat Ayahnya yang Begitu Antusiasnya Sambil Mencambuk ONI agar Lebih Giat dalam Bekerja.
Melihat Sahabatnya Dicambuk ia Terlihat Sedih. Hingga Ketika ia Mengajak ONI ke Sebuah Bukit untuk Memberinya Makan.
Ia Bertanya Kepada ONI :
" ONI Mengapa Kamu Terlihat Biasa Saja Ketika Ayahku Mencambukmu Dengan Begitu Antusiasnya? "
ONI pun Menjawabnya :
O : " Bukan Begitu Temanku , Suka Tidak Suka , Mau Tidak Mau Cambukan Ayahmu Harus Selalu Ku Nikmati. "
M : " Maksudnya Kamu Tidak akan Menaruh Marah Pada Ayahku ? "
O : " Tidak Temanku , Karena aku Juga Tahu , Ayahmu Memperlakukanku Begitu Karena ingin Membahagiakanmu. Sama Seperti ku yang Ikut Bahagia Jika Kamu bahagia "
Hingga Akhirnya Masa Panen Datang , Istri Sang Petani Juga Amat Antusias Kala Mereka Akan Memakan Nasi yang Telah Mereka Tanam. Sembari Memakan Nasi yang Mereka Tanam , Kedua Orang tua Juga Mengajarkan Pada Masno :
"Sebutir Nasi ini amat Susah untuk Didapatkan , Akan Lebih Bermakna Jika Kamu Selalu Memakan Nasi ini Tanpa Menyisakannya." ucap Sang IBU.
Dengan Mengangguk-anggukkan Kepalanya Pertanda Masno Mengerti.
Masno Juga tidak Lupa Menyisakan Sedikit Nasi untuk ONI , Karena Menurutnya ia Sangat Pantas Mendapatkan apa yang Telah ia Kerjakan.
M : " ONI , Ternyata Nasi yang Dihasilkan dari Padi yang Ayah & Kamu Kerjakan ini sungguh Nikmat Rasanya. ini Aku Bawakan Sedikit untukmu."
O : " Lihatlah Betapa Suksesnya Ayahmu Membahagiakanmu. " Sambil Tersenyum Kepada Masno
Hingga Suatu Hari Ketika Sang Petani Jatuh Sakit Parah , Masno Beserta IBU nya Mengunjungi Tabib yang Tidak Terlalu Jauh Dari Rumahnya.
T : " Ayah akan Sembuh Apabila Banyak Mengkonsumsi Daging Segar yang Mampu Meningkatkan Metabolisme Tubuh yang Lemah "
Mendengar Perkataan Tabib IBU & Masno Tampak Bingung Dari mana Mendapatkan Daging Segar yang harus Dibuat Sup untuk Ayahnya.
Sementara Masno Hanya Selalu Berdiskusi Kepada Sahabatnya ONI.
M : " ONI kali ini aku Benar-benar Bingung Harus Melakukan apa. Ayah Sakit Keras & Membutuhkan Daging untuk Dijadikan Sup Penambah Semangat , Agar Ayah Bisa Sehat Kembali. "
O : " Ayah Merupakan Sosok yang Sangat Mencintaimu Teman. ia Bahkan akan Melakukan apapun Agar Kamu Bisa Bahagia. Ingatlah Pesanku ini Teman Sayangilah Orang Tuamu Sebagaimana Mereka Menyayangimu. "
Ketika Tengah Malam , ONI Berusaha Kabur Dari Kandangnya dengan Sekuat Tenaga ia Berusaha Menghancurkan Tiang yang Mengikat Dirinya.
Dan Usahanya Berakhir Mulus , ia Pun Berjalan Dengan Pelan Ke arah Rumah Potong Hewan. Ia pun Berteriak Dengan Keras Hingga Membangunkan Sang Penjagal.
P : " Wahai Kerbau yang Malang , ada Apa Gerangan Dirimu Tengah Malam Datang Ke Tempatku ini. "
O : " Tuan Penjagal , Maukah Kau Mendengar Permintaan Terakhirku ini? "
P : "Silahkan. . . "
O : " Majikanku Sedang Sakit Parah & Membutuhkan Daging Segar untuk Membantunya Pulih Dari Sakitnya. Maukah kau Membantu Memotong Diriku untuk Dipersembahkan Pada Majikanku? " Sembari Berlutut dan Meneteskan Air matanya.
P : " Melihatmu Begitu Tulus untuk Menolong Majikanmu , Saya Terharu & akan Membantumu."
O : " Tolong Sampaikan Pesanku Pada anak Majikanku , Katakan Padanya untuk Tidak Mengkhawatirkan Diriku. Pengorbananku akan Menjadi Masa Depan yang Cerah untuknya."
Setelah Sang Penjagal Memotongnya , ia Pun Lantas Membawa Daging Sang ONI kepada Majikannya. Sambil Menceritakan Pesan Terakhirnya kepada Masno.
Air Mata Masno pun Tak Berhenti Mengalir Meski Suara Tangisan Tak Sedikitpun Terdengar Dari Suaranya.
Hari Demi Hari Sang Petani Telah Kembali Pulih Seperti Dulu.
Sehat , Bertenaga & Penuh Semangat.